Urang-urangan Sawah. Diambil Gambarnya pada Salah satu sawah di Pasawangan antara Solok dengan Ladang Darek
Petang hari ini, di bilik kami nan sempit nun jauh dari kampung halaman, tanah kelahiran tercinta. Kami memutar sebuah lagu yang bertemakan hari raya, dilantunkan oleh seorang perempuan nan cantik jelita dari Tanah Semenanjung, Puan Siti Nurhaliza namanya. Judul lagunya ialah Air Mata Syawal. Sungguh syahdu lantunan suaranya dan mengiris hati syair lagunya.
Terkenang kami dengan kampung tercinta, ayah-bunda serta sanak keluarga semuanya. Berhari raya di tengah keluarga tercinta memanglah nikmat sangat. Dan kami tak dapat mengalaminya. Sungguh sangat beruntung orang-orang yang pulang kampung.
Namun kami dengar pula bahwa pada libur hari raya ini, berbagai tempat wisata di kampung (Minangkabau) menjadi sangat ramai di kunjungi oleh orang. Tentunya oleh orang-orang yang pulang kampung.
Kami terkenang dengan hari raya yang silam, dahulu kami merasa kekurangan hari untuk menziarahi seluruh keluarga kami. Hubungan karib-kerabat di kampung sungguh membuat kepala pusing. Berbagai penjelasan dan penerangan dari orang tua-tua perihal hubungan kekeluargaan yang terjalin lampin-melampin tidak masuk ke kepala kami. Begitulah orang dahulu, karena banyak beristri maka anak-cucunya menjadi bersaudara semua. Sungguh poligami merupakan sesuatu yang indah. Heran kami dengan orang sekarang yang begitu bencinya dengan poligami ini..
Kami bertanya-tanya dalam hati, apakah sudah ditemukan jurus baru dalam mengakali banyaknya kerabat yang harus diziarahi atau orang-orang yang pulang kampung itu tidak memiliki itikad untuk menziarahi keluarga-keluarga mereka? Atau karena mereka menganggap bahwa yang keluarga itu ialah orang-orang yang memiliki hubungan darah dengan mereka, dilihat dari satu atau dua generasi saja yakni dari fihak ayah dan ibu?
Entahlah engku dan encik sekalian, kami harap tidak ada orang Kamang yang berkelakuan demikian. Pergi ke tempat wisata disaat seharusnya kita menziarahi karib-kerabat di kampung. Tahu dengan nasab jugalah kita hendaknya, nasab dari fihak ayah dan ibu. Tentunya berbeda dengan hubungan bersuku. Baca lebih lanjut →