Tag
Belasting, Hut Perang Kamang, Kamang, Kamang Darussalam, Kamang Hilia, Pajak, Pemberontakan Pajak, Perang Kamang
Kerugian yang begitu besar diderita tentara pada malam hari oleh suatu kumpulan rakyat yang bertekad mati dengan semboyan; “Lebih Baik Mati Berkalang Tanah Daripada Hidup Bercermin Bangkai”. Pemberontakan itu terjadi di Kamang karena rakyat disana masih menyimpan semangat lama dari masa Perang Paderi, waktu itu mereka berjuang dibawah pimpinan Tuanku Nan Renceh melawan Kompeni. (Mohammad Hatta. Memoir. Tinta Mas, Jakarta, 1979. Hal. 9)
Demikianlah yang ditulis oleh Bung Hatta dalam Memoar beliau, konon kabarnya salah seorang mamak beliau mendengar serdadu Belanda menghardik orang yang lalu di malam hari dalam pemeriksaan. Rumah beliau pada masa dahulu merupakan batas kota Bukit Tinggi atau disebut Fort de Kock oleh Belanda. Dimasa Belanda Bukit Tinggi tidak seluas sekarang. Sehingga di depan rumah beliau dijadikan sebagai tempat pemeriksaan oleh Belanda. Mamak beliau cemas kalau-kalau peluru bedil serdadu itu meletus dan tak sengaja mengenai dirinya yang sedang tidur di bilik depan. Pada kesempatan lain mamak beliau berujar terkait Perang Kamang “Orang Belanda tak dapat dipercaya, mereka melanggar perjanjian..”